Dalam melakukan perjalanan dengan mengemudikan kendaraan bermotor pada musim hujan, dituntut persiapan yang lebih baik dibandingkan pada musim kemarau. Pasalnya beroperasi pada jalanan yang licin selama musim hujan. Oleh karena itu, upayakan agar kendaraan menggunakan ban dari merek, tipe, dan ukuran yang sama, termasuk tekanan udaranya, sehingga luas permukaan ban yang menapak di atas jalan tidak berbeda.
Hal ini penting karena tekanan udara ban berpengaruh terhadap bentuk pada waktu pengereman atau saat membelok. Akibatnya, terjadi perubahan kemampuan dari sistem rem. Atas dasar itu, kondisi ban pada waktu hujan, merupakan faktor yang paling utama. Permukaan ban harus menunjukkan ketebalan kembang yang cukup. Akan tetapi, beberapa merek ban memberikan tanda ban tersebut masih layak untuk digunakan secara aman.
Selain itu, alur telapak ban dirancang untuk membuang atau mengalirkan air dengan baik. Hal ini agar terjadi kontak area antara telapak ban dengan permukaan jalan. Memang, hampir setiap pengemudi tentunya memahami ban tanpa kembang yang memadai akan menyebabkan kelekatan pada jalan berkurang, tetapi kenyataannya hal itu sering diabaikan.
Belum lagi bila permukaan jalan dapat menimbulkan permukaan genangan-genangan air. Kendaraan yang masuk genangan akan mengambang dan ini terjadi pada kecepatan sekitar 80 km/jam. Akibatnya, daya cengkeram ban berkurang sehingga kendaraan tidak dapat dikendalikan dan sistem rem juga tidak berfungsi dengan baik.
Sementara itu, langkah lain yang bisa dilakukan adalah memeriksa sistem pengereman utama. Dalam hal perubahan arah gerak kendaraan yang direm, sistem pengereman harus segera diperbaiki.
Perubahan jarak pengereman perlu diperhatikan. Pada waktu musim hujan, jarak pengereman sekitar dua kali dari jarak yang diperlukan pada waktu jalan kering (tidak hujan). (Herli Suherli, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat)***
Dikutip dari HU Pikiran Rakyat.
No comments:
Post a Comment