15 December 2008

Teriakan.

Suatu hari seorang dosen yg arif bertanya kepada mahasiswa: Kenapa manusia bertengkar ngomongnya harus teriak?
Semua mahasiswa berpikir lama, salah satu mahasiswa menjawab: Karena kita kehilangan ketenangan, makanya kita pake teriak deh..
Dosen bertanya lagi: Tapi kenapa ketika org laen ada disampingmu, kamu jg teriak, nggak bisa ngomong pelan2? Kenapa selalu harus teriak?
Semua mahasiswa menjawab dengan jawaban masing2, tapi semua jawaban tidak membuat si dosen puas.
Terakhir dosen menjelaskan: Ketika dua orang lagi emosi, jarak hati mereka akan semakin jauh dan ngomongnya harus teriak...
Dosen melanjutkan lagi: Tapi bagaimana ketika dua orang yang lagi jatuh cinta? Kondisi sebaliknya, bukan tidak perlu teriak, malah berbicara dengan suara yang lembut, kenapa gitu? Karena hati mereka sangat dekat, sampai2 komunikasi tidak perlu menggunakan bahasa,hanya dengan tatapan mata, karena saat itu kedua hati sudah tidak ada jarak lagi..
Terakhir dosen membuat satu kesimpulan: Ketika dua manusia yang lagi bertengkar, jangan membuat jarak antara hati menjadi jauh.. Juga jangan mengeluarkan kata yang membuat jarak hati kita menjadi jauh, biarlah tenang beberapa hari, ketika jarak hati kita sudah tidak begitu jauh, barulah ngomong dengan baik2!

11 December 2008

Terbukti Telur Dulu, Baru Ayam

Teka-teki klasik mengenai telur dulu atau ayam dulu mungkin terjawab dengan ditemukannya fosil sarang dinosaurus di Kanada. Di sarang yang dibuat 77 juta tahun lalu itu masih terlihat jelas bekas kumpulan lima butir telur. "Karakteristik sarang tersebut mirip dengan sarang burung," ujar Francois Therrein, salah seorang paleontolog dari Royal Tyrell Museum Alberta, Kanada. Ini berarti bahwa dinosaurus lebih dulu membuat sarang sebagai tempat mengerami telurnya sebelum burung melakukannya. Selama ini, sejumlah pakar evolusi masih berasumsi bahwa burung berkembang dari dinosaurus. Ukuran sarangnya berdiameter sekitar setengah meter dan diperkirakan seberat 50 kilogram. Di dalamnya setidaknya terdapat bekas 12 cangkang telur yang masing-masing berukuran panjang 12 sentimeter dan tersusun rapi serta mengarah ke satu titik. "Berdasarkan bentuk telur dan sarangnya, kami yakin sarang tersebut buatan seekor caenagnathid atau raptor kecil, keduanya sama-sama pemakan daging dan memiliki kekerabatan yang erat dengan burung," ujar Darla Zelenetsky, peneliti lainnya dari Universitas Calgary, Kanada. Zelenetsky mempelajarinya sejak disimpan di Canada Fossil Limited Calgary tahun 1990-an. Sebelumnya ia mengira fosil sarang tersebut dibuat seekor dinosaurus herbivora berparuh bebek. Namun, setelah mempelajari lebih saksama, diketahui bahwa sarang tersebut kemungkinan besar dari kelompok theropoda yang merupakan nenek moyang burung. (Livescience/jam) ***
Dikutip dari HU Pikiran Rakyat.

Mengerem Saat Hujan Harus Lebih Jauh

Dalam melakukan perjalanan dengan mengemudikan kendaraan bermotor pada musim hujan, dituntut persiapan yang lebih baik dibandingkan pada musim kemarau. Pasalnya beroperasi pada jalanan yang licin selama musim hujan. Oleh karena itu, upayakan agar kendaraan menggunakan ban dari merek, tipe, dan ukuran yang sama, termasuk tekanan udaranya, sehingga luas permukaan ban yang menapak di atas jalan tidak berbeda.

Hal ini penting karena tekanan udara ban berpengaruh terhadap bentuk pada waktu pengereman atau saat membelok. Akibatnya, terjadi perubahan kemampuan dari sistem rem. Atas dasar itu, kondisi ban pada waktu hujan, merupakan faktor yang paling utama. Permukaan ban harus menunjukkan ketebalan kembang yang cukup. Akan tetapi, beberapa merek ban memberikan tanda ban tersebut masih layak untuk digunakan secara aman.

Selain itu, alur telapak ban dirancang untuk membuang atau mengalirkan air dengan baik. Hal ini agar terjadi kontak area antara telapak ban dengan permukaan jalan. Memang, hampir setiap pengemudi tentunya memahami ban tanpa kembang yang memadai akan menyebabkan kelekatan pada jalan berkurang, tetapi kenyataannya hal itu sering diabaikan.

Belum lagi bila permukaan jalan dapat menimbulkan permukaan genangan-genangan air. Kendaraan yang masuk genangan akan mengambang dan ini terjadi pada kecepatan sekitar 80 km/jam. Akibatnya, daya cengkeram ban berkurang sehingga kendaraan tidak dapat dikendalikan dan sistem rem juga tidak berfungsi dengan baik.

Sementara itu, langkah lain yang bisa dilakukan adalah memeriksa sistem pengereman utama. Dalam hal perubahan arah gerak kendaraan yang direm, sistem pengereman harus segera diperbaiki.

Perubahan jarak pengereman perlu diperhatikan. Pada waktu musim hujan, jarak pengereman sekitar dua kali dari jarak yang diperlukan pada waktu jalan kering (tidak hujan). (Herli Suherli, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat)***
Dikutip dari HU Pikiran Rakyat.

Search Box

Dewangga on YouTube


on 30th March 2008 in Bandung, West Java, Indonesia.

LAWAN Virus HIV Aids!

LAWAN Virus HIV Aids!
Peduli sesama. Peduli generasi masa depan.

Waspadai segala bentuk kecenderungan korupsi!!

Waspadai segala bentuk kecenderungan korupsi!!
Jl. H.R. Rasuna Said Kav C-1, Jakarta 12920, Telp. (021 ) 2557 8389 , Faks. (021) 5289 2454 Latitude : 6°12'44.18"S, Longitude: 106°49'51.47"E